Merk Dagang Produk Beras RPS

RPS memiliki 2 merk dagang utama untuk produk beras yang dihasilkan. Dua merk dagang tersebut selanjutnya diduplikasi dalam spesifikasi khusus untuk pasar yang khusus pula.

Hijaunya sawah Indonesia

Terhampar bak permadani hijau, itulah bentangan sawah Indonesia. Dari sinilah muasal beras berkualitas yang kita konsumsi.

Tangkai Padi Yang Kuning Bernas

Lihatlah bulir-bulir padi yang terajut dalam tangkai yang menguning, bernas dan berkualitas.

Butir-butir Gabah Berkualitas

Dari tangkai padi yang bernas melahirkan butir-butir gabah yang bernas berkualitas juga. Butir gabah ini yang menjadi pilihan RPS untuk mendapatkan beras yang sempurna.

Megahnya Bangunan Pabrik RPS

RPS sengaja berinvestasi melalui bangunan pabrik yang besar, bersih, hijau dan ramah lingkungan untuk kenyaman dan produktivitas kerja yang lebih baik.

Mesin Paddy Dryer yang Modern

Di topang mesin dan teknologi pengeringan padi yang modern, maka untuk mendapatkan gabah kering giling yang memenuhi standar kadar air yang kadang terkendala cuaca menjadi tersolusikan.

Mesin-mesin Penggilingan yang Modern

Pabrik penggilingan padi RPS didukung oleh mesin-mesin husker, destoner, whitener dan polisher yang modern. Dari mesin modern inilah beras berkualitas tercipta.

Beras-beras Putih Berkualitas

Hamparan beras putih berkualitas, sebagai sumber kehidupan manusia modern.

Produk Beras Putih RPS

Inilah salah satu produk pabrik RPS. Beras putih super yang berkualitas.

Produk Beras Merah RPS

Selain memproduksi beras putih super berkualitas, RPS juga memproduksi beras merah super berkualitas. Ini produk pilihan yang disediakan RPS untuk masyarakat Indonesia

Rabu, 19 Oktober 2011

Petani Kurangi Tanam Padi, Beras Akhir Tahun Terancam Defisit

Petani Kurangi Tanam Padi, Beras Akhir Tahun Terancam Defisit
Banyak pihak memproyeksikan produksi beras nasional tiga bulan mendatang mengalami defisit. Menurut Ketua Bidang Kajian Strategis dan Advokasi Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia, Yeka Hendra Fatika, kekurangan bakal mencapai 2,8 juta ton.

Kebutuhan beras masyarakat mencapai 2,5 juta ton perbulan. Menurut Yeka, kekurangan produksi beras diakibatkan petani jarang menanam padi pada bulan musim hujan, seperti Juli dan Agustus. “Tingginya hujan juga berakibat produktivitas menurun akibat mutu gabah basah,” katanya saat dihubungi wartawan, Rabu (19/10).

Pada November hingga Desember 2011, katanya, produksi beras hanya 10 – 15 persen dari total target produksi beras nasional. Sehingga negara kekurangan pasokan. 

Berdasarkan data yang ia miliki, produksi beras Oktober ini hanya dua juta ton. Itu artinya negara kekurangan 500 ribu ton demi memenuhi kebutuhan beras nasional.

Produksi beras November 2011 ia perkirakan juga turun menjadi 1,4 juta ton sehingga negara kekurangan pasokan 1,1 juta ton. Dan akhirnya, pada Desember, negara hanya bisa memproduksi 1,3 juta ton beras yang mengakibatkan kekurangan produksi 1,2 juta ton. Maka terlengkapi, jumlah total defisit beras 2,8 juta ton.

Proyeksi defisit beras juga disampaikan oleh Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan Winarno Tohir. Prediksi angkanya lebih rendah dari Yeka, yaitu lima persen saja. Artinya kekurangan pasokan beras untuk menutupi kebutuhan hingga akhir tahun sekitar satu juta ton saja. 

“Indonesia tertolong karena sudah ada perjanjian impor beras dari Vietnam,” katanya saat dihubungi Republika, Rabu (19/10).

Bulog telah meneken kontrak pembelian beras dari Vietnam sebesar 1,2 juta ton. Menurut Direktur Utama Perum Bulog Sutaro Alimoeso, jumlah beras Vietnam yang masuk ke Indonesia mencapai 900 ribu ton.

“Februari 2012 nanti sisanya akan masuk semua,” katanya. Lima bulan ke depan, katanya, stok beras Bulog tetap aman meski jumlah dalam operasi pasar beras terus dikeluarkan.

Sumber :  Republika online (19/10/2011)

Senin, 17 Oktober 2011

Agar Beras Bebas Kutu

Biasanya kita menyimpan beras dalam jumlah yang banyak. Meskipun sudah disimpan dalam kotak khusus penyimpan beras, serangan kutu dalam beras kerap tak bisa dihindari. Untuk menghindari serangan kutu beras yang berakibat pada menurunnya kualitas beras, atasi dengan cara berikut :


1. Masukkan 50 gram daun jeruk purut yang sudah ditumbuk ke dalam 10 kg beras. Sesekali buka tempat penyimpanan beras agar beras tak berbau apek. Dengan daun jeruk purut, beras akan terbebas dari kutu dan punya aroma yang harum ketika dimasak.

2. Campurkan beras bersama 2-3 tangkai daun asam jawa yang telah dibersihkan atau dikeringkan ke dalam tempat penyimpanan beras.

3. Daun belimbing wuluh juga bisa digunakan sebagai penangkal kutu di tempat penyimpan beras. Masukkan 2-3 tangkai daun belimbing wuluh yang sudah dibersihkan dan dikeringkan ke dalamnya.

4. Masukkan beberapa batang lada kering ke dalam campuran beras. Ini juga bisa mengusir kutu.
5. Masukkan 1-3 buah cabai kering ke dalam beras. Aroma cabai kering yang menyengat akan mencegah kutu beras datang kembali. Jangan lupa tutup kotak penyimpan dengan rapat, dan simpan di tempat kering dan sejuk.

Sumber :  Christina Andhika Setyanti, Kompas.com (18/10/2011)

Selasa, 11 Oktober 2011

Bulog Ubah Strategi Pengelolaan Beras

Mulai 2012, Perum Bulog mengubah strategi pengelolaan beras.  Jika selama ini Bulog menerapkan pola distribusi beras dengan tingkat mobilitas tinggi antar daerah, ke depan Bulog memastikan pemenuhan beras secara mandiri di daerah surplus produksi beras.
Hal itu diungkapkan Direktur Utama Perum Bulog SUtarto Alimoeso, Senin (10/10) di Jakarta.
"Dengan strategi baru tersebut, tidak bisa Kepala Divisi Regional atau Kepala Sub Divisi Regional Bulog menyerap beras dengan berbagai dalih.  Mereka yang ditugasi di daerah surplus produksi harus bekerja keras agar target pengadaan terpenuhi, " katanya.
Dengan pola baru ini, pemerintah akan mengetahui jejak harga beras di daerah, yaitu jika harga beras turun, berarti pasokan beras melimpah dan sebaliknya.
"Selama ini, karena mobilitas beras antar daerah sangat tinggi, sulit untuk mengetahui kondisi riil di lapangan, "ujar Sutarto. Selama ini, saat panen raya produksi dan pengadaan beras di daerah surplus produksi melimpah.  Tetapi pada saat paceklik, divre Bulog di daerah tersebut juga mendatangkan beras dari luar daerah bahkan impor.  Ke depan hal tersebut tidak akan terjadi, karean divre Bulog di daerah surplus harus secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan beras, terutama raskin dan kebutuhan untuk operasi pasar di daerahnya sendiri. Mereka tidak bisa mendatangkan beras dari daerah lain.  Adapun untuk daerah yang belum surplus dan masih defisit, Bulog tetap melakukan strategi operasi pasar dalam pengendalian gejolak harga.
Ketua umum KTNA Winarno Tohir menyambut baiklangkah Bulog tersebut, yakni membeli gabah langsung dari petani dan penggilingan kecil, dan tidak lagi hanya mengandalkan mitra kerja.  Tetapi diharapkan Bulog tidak akan terlambat menyalurkan letter of credit (LC), karena petani dan penggilingan kecil pasti minta uang tunai, sehingga kalau telat menjadi tidak jalan.

Sumber :  Kompas, 11/10/2011

Mengapa Harga Beras di Negeri Ini Mahal?


Kita harus mengatakan, produksi beras tidak sesuai dengan harapan. Hasil pantauanKompas pada 20-28 September di Pulau Jawa menunjukkan, di sejumlah kabupaten sentra produksi beras, produktivitas padi per hektar rata-rata turun.
Di Klaten, khususnya di Kecamatan Polan Harjo, lima kali musim tanam (musim tanam rendeng serta musim kemarau I dan II), petani tidak pernah panen. Di Sragen, dua kali musim tanam terakhir, petani tidak panen.
Begitu pula di Bojonegoro dan Pemalang. Di daerah lain, seperti Demak, Purwodadi, Blora, Slawi, Tegal, Cirebon, dan Ngawi, kondisinya tak jauh beda.
Penyebab turunnya produktivitas kalau tidak wereng batang coklat (WBC) adalah tikus, penggerek batang, atau virus yang ditinggalkan WBC yang mengakibatkan tanaman padi terserang kerdil hampa dan kerdil rumput.
Pada Januari-Agustus 2011, data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menunjukkan, serangan organisme pengganggu tumbuhan, banjir, dan kekeringan seluas 606.095 hektar, lebih luas daripada Januari-Desember 2010. Atau, secara nyata produksi padi yang lenyap dimakan wereng, tikus, banjir, kekeringan, kerdil hampa, kerdil rumput, dan penggerek batang sebanyak 2 juta ton gabah kering giling, setara 1,22 juta ton beras.
Prediksi pedagang tidak meleset. Begitu melihat tren kerusakan tanaman padi yang meluas, mereka pun langsung berebut gabah/beras, terutama untuk memenuhi permintaan konsumen tetapnya. Karena pasar beras sudah mapan, persoalan sekecil apa pun di tingkat lapangan akan mudah terbaca pebisnis beras.
Bagaimana dengan Bulog? Dalam soal pembelian, peran Bulog juga tak ubahnya pebisnis beras skala besar karena Bulog mampu membeli 7-10 persen produksi nasional.
Di tengah situasi panen yang tak menguntungkan, agresivitas Bulog membeli beras mendorong kenaikan harga beras di pasar. Peningkatan target pembelian beras Bulog pada Maret 2011 yang ditetapkan sebanyak 3,5 juta ton juga turut memberi andil secara psikologis.
Meski berbagai upaya dilakukan, cadangan beras tak cukup. Harga beras tetap merangkak naik. Belum lagi muncul berita baru di pasar dunia soal pergantian pemerintahan dan kegagalan panen di Thailand yang mengakibatkan produksi beras di negara eksportir beras dunia itu turun 600.000 ton.
Musim paceklik baru mulai. Masih ada sisa waktu lima bulan menuju panen raya padi musim rendeng. Dalam lima bulan, segalanya bisa terjadi.

Sumber :  Kompas online, 10/10/2011

Rabu, 28 September 2011

Tak Serius Urus Pangan dan Pertanian

Tepat pada peringatan 50 tahun Hari Tani Nasional, 24 September 2010, di harian ini saya menulis ”Harapan di Hari Tani”.  Saat itu muncul harapan besar bahwa dalam setahun akan muncul terobosan politik ataupun kebijakan yang berarti bagi perbaikan nasib kaum tani, terutama di bidang agraria dan pertanian. Kenyataannya, tak terealisasi.  Pertama, harapan di bidang agraria agar pemerintah mengeluarkan kebijakan menyeluruh untuk melaksanakan pembaruan agraria. Hal ini untuk mengimplementasikan Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) yang dicanangkan pada Januari 2007 dan Januari 2010.  Program mandekTahun lalu, petani anggota Serikat Petani Indonesia (SPI) berduyun-duyun menagih hal ini ke Istana Merdeka, Jakarta.  Saat berdialog dengan wakil SPI, Presiden melalui Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi Jusuf Gunawan Djangkar dan Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah Velix Wanggai menyatakan komitmennya yang tinggi untuk percepatan pelaksanaan pembaruan agraria dan penataan pertanahan nasional.  Pemerintah juga menyatakan akan menyinkronkan percepatan ini dengan RUU Pertanahan dan PP Reforma Agraria yang segera disiapkan.  Presiden lalu menyerahkan sertifikat tanah negara kepada 5.141 keluarga petani di Cilacap pada peringatan Hari Agraria Nasional Ke-50 (21 Oktober 2010) di Istana Kepresidenan Bogor.  Petani bersukacita dengan angin baik ini. Namun setelah itu, hingga saat ini, percepatan untuk pembaruan agraria mandek. Pada 2010 masih ada 31,2 juta penduduk berada dalam kondisi miskin dengan jumlah orang miskin di desa (19,93 juta jiwa) lebih banyak dibandingkan dengan di perkotaan (11,1 juta jiwa).  Tingkat kemiskinan di pedesaan ini kongruen dengan jumlah petani gurem karena mereka inilah kelompok yang dikategorikan paling rentan. Menurut BPS, petani gurem adalah yang tanah garapannya kurang dari 0,5 hektar. Hasil sensus pertanian terakhir (2003) menunjukkan jumlah petani gurem 13,7 juta jiwa, sementara SPI memproyeksikan ada sekitar 15,6 juta petani gurem di Indonesia tahun 2008. 

Satu indikasi baik untuk percepatan pembaruan agraria adalah kemajuan di Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang sudah mulai memberikan perhatian pada penyelesaian kasus-kasus pertanahan, terutama yang melibatkan petani. Sementara draf RUU Pertanahan harus ditinjau ulang karena dikhawatirkan malah akan kontraproduktif bagi proses redistribusi sumber-sumber agraria yang produktif, terutama tanah, untuk petani. Diperlukan sinkronisasi dengan semangat Reforma Agraria yang telah dicanangkan oleh pemerintah.Kedua, tahun 2010 kita meminta Presiden melalui Kementerian Pertanian untuk melaksanakan program Go Organik pada tahun tersebut, tetapi kenyataannya tak terlihat implementasi signifikan untuk melaksanakan program ini. Semua masih parsial dan tak dapat terukur perkembangannya. 

Dana bantuan dan kredit memang meningkat, tetapi akses petani untuk mendapatkannya masih terbatas.  Kita juga mengkhawatirkan dana-dana ini akan jatuh ke pihak-pihak yang tak berhak menerimanya.  Jika kita masih bertahan dengan model pertanian konvensional, petani akan terus bergantung pada input luar seperti benih, pupuk, dan racun. Sementara jika pembaruan agraria dikembangkan untuk sistem pertanian organik, kita juga akan bisa merangsang perekonomian dan perindustrian pedesaan.  Produksi pangan akan lebih sehat dan pertanian organik dapat mengurangi pemanasan global dan lebih ramah lingkungan.Kekerasan terhadap petaniKemandekan program Go Organik pada 2010-2011 diperburuk lagi oleh ketidakpercayaan pemerintah kepada petani sebagai produsen utama pangan Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan. Indonesia sangat gencar melaksanakan food estate.  Proyek Merauke Integrated Food and Energy Estate mendapat resistansi luar biasa dari masyarakat adat dan kini mandek. Impor pangan juga semakin melukai petani dengan nilai nominal yang dibayarkan terus meningkat. Kita harus mengeluarkan sekitar 6,35 miliar dollar AS untuk impor pangan semester I 2011, meningkat 1 miliar dollar AS dibandingkan periode sama 2010. Komoditas yang diimpor: beras, kedelai, jagung, biji gandum, tepung terigu, gula pasir, gula tebu, daging, mentega, minyak goreng, susu, telur unggas, kelapa, kelapa sawit, lada, kopi, cengkeh, kakao, cabai kering, tembakau, dan bawang merah.  Petani juga dibiarkan berjuang sendiri.

Pemerintah tidak hanya lambat merespons tuntutan kaum tani, tetapi sering kali juga menggunakan kekerasan untuk menekan petani. Setahun terakhir, banyak petani penggarap dihadapkan pada tindakan penangkapan dan kriminalisasi oleh aparat—terutama dengan mengatasnamakan UU Perkebunan Nomor 18 Tahun 2004—karena berusaha mempertahankan lahan.Banyak capaian yang dicatat oleh petani di seluruh pelosok Tanah Air. Mereka tidak hanya berhasil memperjuangkan nasib secara mandiri lewat pengajuan judicial review terhadap UU Perkebunan, yang berujung pada dibatalkannya pasal-pasal yang berpotensi mengkriminalisasi perjuangan kaum tani.Kaum tani juga berhasil memajukan pengetahuan tradisional dan pertanian dengan model berkelanjutan (agroekologi), yang sudah diakui di level internasional akan mampu mengatasi krisis pangan dunia jika diterapkan. Oliver de Schutter, pelapor khusus PBB tentang hak atas pangan, telah menyatakan, pertanian berbasis lingkungan mampu menggandakan produksi pangan dunia dalam 10 tahun.Sudah saatnya pemerintah menunjukkan kerja nyata untuk petani dengan serius melaksanakan Reforma Agraria. Petani tak bisa dibiarkan sendirian mengurus pangan dan pertanian.

Oleh :  Henry Saragih (Ketua Umum Serikat Petani Indonesia; Koordinator Umum La Via Campesina (Gerakan Petani Internasional).

Sumber: Kompas Cetak (29/9/2011)

Ribuan Sawah Dibiarkan Telantar


Akibat kekeringan, ribuan sawah di Kabupaten Pringsewu dan Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dibiarkan telantar. Irigasi pun tidak bisa banyak menolong, karena pasokan air dari hulu sangat minim.
Sutejo (48), petani di Pringsewu, Rabu (28/9/2011), mengatakan, irigasi teknis di tempatnya tidak mampu mengaliri air. Dengan kondisi ini, dia dan mayoritas petani di wilayahnya terpaksa menunda masa tanam padi.
"Mungkin nanti bulan Desember, pas musim hujan tiba," ujarnya.
Untuk mengisi kevakuman, segelintir petani beralih menanam palawija, seperti tomat, terong, dan kacang panjang. Tanaman jenis palawija relatif tidak membutuhkan banyak air.

Sumber :  Kompas online (28/9/2011)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More