Kita harus mengatakan, produksi beras tidak sesuai dengan harapan. Hasil pantauanKompas pada 20-28 September di Pulau Jawa menunjukkan, di sejumlah kabupaten sentra produksi beras, produktivitas padi per hektar rata-rata turun.
Di Klaten, khususnya di Kecamatan Polan Harjo, lima kali musim tanam (musim tanam rendeng serta musim kemarau I dan II), petani tidak pernah panen. Di Sragen, dua kali musim tanam terakhir, petani tidak panen.Begitu pula di Bojonegoro dan Pemalang. Di daerah lain, seperti Demak, Purwodadi, Blora, Slawi, Tegal, Cirebon, dan Ngawi, kondisinya tak jauh beda.
Penyebab turunnya produktivitas kalau tidak wereng batang coklat (WBC) adalah tikus, penggerek batang, atau virus yang ditinggalkan WBC yang mengakibatkan tanaman padi terserang kerdil hampa dan kerdil rumput.
Pada Januari-Agustus 2011, data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menunjukkan, serangan organisme pengganggu tumbuhan, banjir, dan kekeringan seluas 606.095 hektar, lebih luas daripada Januari-Desember 2010. Atau, secara nyata produksi padi yang lenyap dimakan wereng, tikus, banjir, kekeringan, kerdil hampa, kerdil rumput, dan penggerek batang sebanyak 2 juta ton gabah kering giling, setara 1,22 juta ton beras.
Prediksi pedagang tidak meleset. Begitu melihat tren kerusakan tanaman padi yang meluas, mereka pun langsung berebut gabah/beras, terutama untuk memenuhi permintaan konsumen tetapnya. Karena pasar beras sudah mapan, persoalan sekecil apa pun di tingkat lapangan akan mudah terbaca pebisnis beras.
Bagaimana dengan Bulog? Dalam soal pembelian, peran Bulog juga tak ubahnya pebisnis beras skala besar karena Bulog mampu membeli 7-10 persen produksi nasional.
Di tengah situasi panen yang tak menguntungkan, agresivitas Bulog membeli beras mendorong kenaikan harga beras di pasar. Peningkatan target pembelian beras Bulog pada Maret 2011 yang ditetapkan sebanyak 3,5 juta ton juga turut memberi andil secara psikologis.
Meski berbagai upaya dilakukan, cadangan beras tak cukup. Harga beras tetap merangkak naik. Belum lagi muncul berita baru di pasar dunia soal pergantian pemerintahan dan kegagalan panen di Thailand yang mengakibatkan produksi beras di negara eksportir beras dunia itu turun 600.000 ton.
Musim paceklik baru mulai. Masih ada sisa waktu lima bulan menuju panen raya padi musim rendeng. Dalam lima bulan, segalanya bisa terjadi.
Sumber : Kompas online, 10/10/2011
0 komentar:
Posting Komentar